Blog yang memuat tentang pendidikan anak usia dini, catatan Hasan Harun, karya fiksi dan non fiksi serta motivasi diri. Selamat membaca. Ambil yang baik, dan tinggalkan yang buruk.

Jumat, 15 Januari 2016

Evaluasi Pembelajaran PAUD (1)



EVALUASI PEMBELAJARAN PAUD (1)
OLEH: FAHRUL ROZIE
Permasalahan dalam pembelajaran di dunia pendidikan anak usia dini sering di jumpai guru tidak mengetahui dengan pasti mengenai penilaian. Kesulitan guru dalam melakukan penilaian masih sering terjadi.Padahal penilaian di proses pembelajaran PAUD merupakan deskripsi ketercapaian perkembangan anak. Deskripsi ini akan memberikan informasi pada orang tua mengenai kesiapan belajar anak memasuki SD. Guru juga tidak bisa membedakan yang mana assesment dan evaluasi (penilaian). Berangkat dari hal tersebut, penulis mencoba menuangkan beberapa uraian mengenai evaluasi pembelajaran paud. Harapan bagi para guru untuk dapat menerapkan penilaian yang tepat sasaran dan sesuai dengan perkembangan anak usia dini.
A.     Perbedaan Asesment dan Evaluasi Pembelajaran Anak Usia Dini
Dengan mengetahui perbedaan asesment dan evaluasi, guru dapat memiliki kemampuan yang kompeten dalam melakukan proses penilaian. Kedua istilah tersebut berbeda makna. Berbeda pengertian. Sehingga dengan mempelajari konteks perbedaan tersebut, guru tidak akan asal-asalan menilai anak di kelas.
Perlu diketahui, secara umum terdapat tiga istilah yang sering digunakan dalam evaluasi, yaitu tes, pengukuran, dan penilaian (tes, measurement, and assesment). Tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons terhadap stimulus atau pertanyaan (Eko Putro Widoyoko,2009:2). Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan berbagai informasi yang berkaitan dengan karakteristik objek. Dalam hal ini bisa berupa kemampuan peserta didik, sikap, minat, maupun motivasi.
Pengukuran (measurement) dapat didefinisikan sebagai proses penetapan angka terhadap individu atau karakteristiknya berdasarkan aturan tertentu (Ebel & Frisbie,1986:14). Sehingga esensi pengukuran adalah penetapan angka tentang karakteristik atau keadaan individu menurut aturan tertentu. Keadaan tersebut bisa berupa kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Berbeda dengan tes. Pengukuran jauh lebih luas. Pengukuran dapat digunakan tanpa melakukan tes, misalnya dengan pengamatan, skala rating, atau cara lain untuk memperoleh informasi dalam bentuk kuantitatif.
Asesmen memiliki makna yang berbeda dengan evaluasi. The Task Group on Assesment and Testing (TGAT) mendeskripsikan asesmen sebagai semua cara yang digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok (Griffin & Nix, 1991:3). Asesmen dalam konteks pendidikan sebagai usaha formal untuk menentukan status siswa berkenaan dengan pendidikan (Popham,1995:3). Dengan kata lain, asesmen dapat diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran berdasarkan kriteria maupun aturan tertentu.
Mengevaluasi pendidikan anak berarti, memeriksa pendidikan yang diterima anak itu (McDonald, B ;1982), dan mengamati, meneliti seberapa besar kesenjangannya (asas diskrepansi) materi pendidikan yang telah diberikan pada anak didiknya terhadap tujuan atau taraf kemiripannya (asas kongruensi) dengan gambaran yang telah ditentukan atau diharapkan sebelumnya akan terwujud menurut pola perkembangan anak pada tahap usia tertentu.
Adapun asesmen berkaitan dengan memperhatikan dan mendeskripsikan kemajuan proses pendidikan anak, yaitu apakah ada bukti kemajuan anak ke arah tujuan program pendidikan dan bagaimana respon anak didiknya pada metode yang dipergunakan dan isi pendidikan yang diberikan.
Dengan demikian, melalui asesmen dan evaluasi para guru terlibat dalam 2 hal, yaitu:
a.     Apa yang disiapkan dan ditawarkan untuk anak didiknya, misalnya: program pembelajaran kontemporer, life skills, dan
b.     Bagaimana tawaran itu ditanggapi anak karena setiap anak mempunyai gaya belajar sendiri, bahkan bisa oto-edukasi.

B. Prosedur Asesmen dan Evaluasi
Prosedur merupakan langkah - langkah atau tahapan dalam melakukan sesuatu. Berikut akan diuraikan satu per satu mengenai prosedur yang biasanya digunakan dalam asesmen dan evaluasi pembelajaran PAUD.
a.     Prosedur Formatif dan Sumatif
Terdapat dua prosedur pelaksanaan dalam evaluasi, yaitu: prosedur formatif yang menekankan pada proses dan prosedur sumatif yang berorientasi pada hasil.
Prosedur formatif merupakan suatu langkah dalam asesmen dan evaluasi yang lebih menekankan pada proses yang berlangsung secara kontinu. Misalnya, mengumpulkan secara teratur hasil karya anak atau memotret aktivitas anak dalam model pembelajaran yang digunakan. Prosedur ini lebih menekankan pengamatan perkembangan anak didik dalam kurun waktu tertentu (proses) dalam konteks keseharian yang otentik, daripada tes. Prosedur ini menurut penulis lebih tepat untuk konteks pendidikan anak usia dini. Pertimbangannya karena melalui prosedur tersebut, anak usia dini akan menampilkan dirinya secara optimal dalam lingkup yang informal, alami, otentik, santai, dan bermakna.
Akan tetapi, para pendidik umumnya menggunakan pendekatan formatif belum menunjukkan kejelasan prosedur tersebut. Oleh karena itu, pendidik diharapkan berupaya untuk menggunakan prosedur formatif lebih eksplisit.
Prosedur formatif berfungsi menjaga keseimbangan antara perlakuan pendidik terhadap anak didiknya melalui tanggapan anak didik terhadap tindakan pendidik.
Sedangkan prosedur sumatif adalah salah satu prosedur asesmen dan evaluasi yang cara pengumpulan datanya berlangsung sesaat dalam kurun waktu tertentu, hasilnya dibandingkan dengan suatu norma tertentu juga. Evaluasi sumatif dan asesmen ini dapat dilakukan dua kali setahun. Contoh evaluasi sumatif: pemeriksaan taraf kemampuan membaca anak dengan tes membaca atau pengisian format kemajuan perkembangan anak dalam KMS (Kartu Menuju Sehat) di posyandu, dan lain sebagainya.
Prosedur sumatif dapat dilakukan dalam anak usia dini dengan mengingat perbedaan individual pada anak. Oleh karena itu acuannya adalah PAI (Penilaian Acuan Individual), bukan PANK (Penilaian Acuan Norma Kelompok). Penganut paham positivistik-empiris atau dikenal kaum behaviorisme berpendapat bahwa hasil terbaik dalam pendidikan ialah apa yang nampak dan terukur. Jika ini diterapkan untuk PAUD maka hasil pendidikan anak yang tak dapat muncul begitu saja. Fenomena hasil pendidikan yang muncul pada anak pun tak mudah untuk diukur secara kuantitatif sebagaimana pertumbuhan fisik anak.
b.     Prosedur Formatif dan Sumatif sebagai Kesatuan
Pendekatan interaksionis yang diimplementasikan pada program PAUD tentu dapat memungkinkan penggunaan kedua prosedur tersebut (formatif dan sumatif) secara terpadu dalam asesmen dan evaluasi. Karena pendekatan interaksionis tidak mengabaikan interaksi antara anak dengan lingkungannya baik alam, benda sekitar, orang dewasa, teman sebaya, gagasan dari luar maupun dalam diri anak. Interaksionisme disebut juga konstruktivisme atau konstruktivisme, dan dalam pendidikan anak usia dini terwujud dalam pengembangan model pembelajaran interaksionis.
Penggunaan prosedur formatif dan sumatif dalam pendidikan anak usia dini, seharusnya memiliki acuan dalam konsep DAP (Developmentally Aproriate Practice). Hal tersebut merupakan ciri khas dalam pendidikan anak usia dini. Tanpa adanya kesatuan dalam penggunaaan pendekatan tersebut, akan mengalami ketimpangan dalam melakukan evaluasi di PAUD.
c.      Arti Keterpaduan Prosedur Formatif dan Sumatif bagi Orang Tua Anak
Orang tua merupakan rekan kerja bagi pendidik dalam melakukan evaluasi pembelajaran di PAUD. Pentingya keterlibatan orang tua dalam proses penilaian sebagai bentuk mitra. Keuntungan menggunakan prosedur formatif sekaligus sumatif ialah bahwa orang tua anak didik dan pihak lainya (misalnya penilik PAUD) diharapkan dapat aktif terlibat dala proses pendidikan.
Keterlibatan orang tua dapat berperan sebagai observer dala proses asesmen dan evaluasi ini sangat bermanfaat. Orang tua akan dapat melihat dengan lebih jelas berjalannya suatu proses pembelajaran yang memberikan suatu hasil/produk. Para orang tua biasanya akan senang melihat kemampuan-kemampuan baru yang diperlihatkan anaknya. Orang tua juga dapat memberikan saran pada sekolah jika menemukan beberapa kelemahan dalam proses pembelajaran yang dialami anak. Sumber referensi: 
S. Eko Putro Widoyoko, 2009. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Anita, Yus,2011. Penilaian Perkembangan Belajar Anak TK. Jakarta: Kencana
Iksan, Waseso, 2014. Evaluasi Pembelajaran TK. Banten: Penerbit Universitas Terbuka.
Share:

Related Posts:

1 komentar:

  1. Bingung cari Situs Poker Terpercaya ??
    Sering kalah? lebih sering deposit dari pada wd??

    Solusi Terbaik Buat Member Yang Sering Lose !!
    Pokers128(dot)com

    Buktiin Sendiri Main Di Pokers128 !

    Bisa Main Dari HP !!
    Support IOS & ANDROID

    7 Games Dalam 1 User_ID

    Menangkan Jackpot Harian S/d Puluhan Juta
    Jackpot Global Ratusan Juta

    Minimal Deposit Sangat Terjangkau !!
    Rp 10,000

    Withdraw Diproses Super Cepat !
    1menit s/d 3menit

    JANGAN TUNGGU DAN JANGAN RAGU LAGI UNTUK MENJADI SEORANG PEMENANG DAN DAFTARKAN DIRI ANDA SEKARANG JUGA DI WWW.S1288POKER.COM

    Info lebih lengkap,silahkan hubungi CS 24/7 kami melalui :
    PIN BBM : 7AC8D76B
    WA : 08122221680
    Twitter : @S1288POKER

    BalasHapus

silabus dan rpp matakuliah

KUMPULAN SILABUS DAN RPP MATA KULIAH YANG DIAMPU

KAPITA SELEKTA PAUD ASESMEN AUD PENGEMBANGAN APE MEDIA DAN SUMBER BELAJAR PAUD KESEHATAN DAN GIZI MODEL PENGEMBANGAN SOSEM AUD TEORI ...

Total Tayangan Blog

13,752
Diberdayakan oleh Blogger.

About

Flag Counter

Blogger templates